Teknologi SCR dan Low Nox Burner Untuk Menurunkan NO dan NO2 di PLTU 9&10

Suhu bumi yang dirasa semakin panas dari waktu ke waktu membuat semua makhluk terutama manusia harus waspada dan mengupayakan perbaikan iklim demi masa depan. Salah satu penyebab pemanasan global terbesar adalah pembangkit listrik tenaga uap. Itulah sebabnya sekarang beberapa PLTU menerapkan teknologi SCR demi menekan emisi karbon.

Selain PLTU, tentu ada banyak penyebab pemanasan global lain yang perlu menjadi perhatian. Penggunaan dan pembuangan sampah plastik misalnya, limbah udara dan cair dari pabrik, serta pembangunan gedung pencakar langit yang terus mengurangi lahan hijau baik di kota maupun hutan juga merupakan penyebab meningkatnya pemanasan global.

Apa Itu Teknologi SCR

Terlepas dari beberapa penyebab pemanasan global dan tingginya tingkat polusi udara di bumi saat ini, beberapa upaya telah dilakukan untuk menekan emisi. Salah satunya adalah penggunaan teknologi Selective Catalytic Reduction (SCR) untuk mendukung kebijakan nol emisi karbon atau net zero emissions (NZE).

Secara sederhana, teknologi SCR memungkinkan penggunaan bahan bakar PLTU yaitu batu bakar dicampur dengan amonia hijau yang kemudian diharapkan mampu menyisakan polusi lebih sedikit. Rekayasa lain dilakukan agar sedikit polusi udara yang tersisa dalam bentuk Nitrogen Oksida atau Nitrogen Dioksida dapat ditekan atau bahkan mencapai angka 0.

Rekayasa sistem pembakaran dengan bahan bakar batu bara lebih sedikit tapi menghasilkan tekanan yang sama terus dilakukan melalui uji coba.  Pihak manajemen PLTU Jawa 9 dan 10 berharap dapat melihat hasil uji coba ini pada tahun 2023 dan siap dipresentasikan kepada kementerian ESDM, demikian dilansir detikekonomi

Low Nox Burner

Penerapan teknologi SCR bersamaan dengan low nox burner bertujuan untuk mengontrol supply udara yang akan dicampurkan dengan batubara. Ketika penggunaan udara lebih efektif dan tekanan yang dihasilkan tetap bisa mencapai target, maka pembentukan NO atau NO2 dapat ditekan sebelum harus diproses agar tidak menjadi sumber pencemaran.

Limbah atau sisa proses produksi baik di pabrik maupun PLTU selama ini lebih banyak dilepas secara bebas ke lingkungan di sekitarnya. Akibatnya, bukan hanya polusi jangka pendek namun juga menjadi masalah jangka panjang bagi bumi dan masyarakat. Selain udara dengan kandungan partikel membahayakan bagi makhluk, tanah menjadi sakit.

Itulah sebabnya industri besar cenderung dibangun pada kawasan yang jauh dari kawasan penduduk dan pada daerah yang kurang produktif digunakan sebagai lahan pertanian. Akan tetapi upaya tersebut belum cukup menekan bahaya limbah yang ditimbulkan. Karena partikel udara yang tercemar masih menyebar bebas tanpa bisa dikontrol.

PLTU Jawa 9 dan 10

Pembangunan PLTU Jawa 9 dan 10 diupayakan tidak mengikuti jejak para pendahulunya dalam menghasilkan dan mengelola limbah. Teknologi SCR diharapkan mampu menekan angka emisi NOx  dari pembakaran. Selain berbahaya bagi sistem pernapasan makhluk di bumi, NOx juga dapat melubangi lapisan ozon dan merusak stratosfer.

Penggunaan teknologi yang lebih canggih dalam menekan emisi karbon pada PLTU Jawa 9 dan 10 membawa harapan banyak pihak untuk menyelamatkan masa depan. Baik masa depan bumi sebagai tempat tinggal juga masa depan generasi yang berhak atas lingkungan bersih dan sehat.

Tanpa upaya maksimal dari pengelola industri besar, pemerintah dan segenap pemegang kepentingan untuk mewujudkan bumi yang ramah terhadap makhluk cita-cita tersebut hanya akan jadi mimpi. Penerapan teknologi SCR adalah salah satu upaya yang harus didukung semua pihak agar berjalan dan menghasilkan sesuai rencana.